Rabu, 15 April 2015

SOLUSIO PLASENTA



SOLUSIO PLASENTA

A.     Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta  dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Pada kehamilan dengan masa gestasi diatas 22 minggu/ berat janin diatas 500 gr (saifuddin,2007)
Abrupsio plasenta adalah pemisahan prematur plasenta yang terimplantasi normal di dalam dinding uterus, yang mengakibatkan perdarahan retroplasenta setelah gestasi minggu ke-20 dan sebelum janin dilahirkan (Walsh, 2008).
sulosio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya (FKUI.2001).

B.     Klasifikasi solusio plasenta

1.  Solusio plasenta ringan : terlepasnya sebagian kecil plasenta yang tidak berdarah banyak akan            menyebabkan perdarahan pervaginam berwarna kehitaman dan sedikit perut agak terasa sakit atau      terus – menerus agak tegang. Bagian janin masih mudah teraba
2.   Solusio plasenta sedang : plasenta telah terlepas lebih dari seperempat.tanda dan gejala dapat               timbul perlahan/ mendadak dengan gejala sakit perut terus – menerus lalu terjadi perdarahan               pervaginam. Dinding uterus terasa tegang terus – menerus dan nyeri tekan. Sehingga bagian janin       sukar diraba,telah ada tanda persalinan.
3.   Sulosio plasenta berat : plasenta terlepas lebih dari dua pertiga permukaannya penderita jatuh             sock dan janinnya telah meninggal. Uterus sangat tegang, nyeri, perdarahan pervaginam, adanya         kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal

C.     Etiologi
Belum diketahui pasti faktor disposisi yang mungkin ialah hipertensi kronik.Trauma eksternal, tali pusat pendek, dekompresi uterus mendadak, anomali atau tumor uterus. Defisiensi gizi, merokok, konsumsi alkohol, penyalahgunaan kokain,

D.     Tanda dan Gejala
1.         Perdarahan
2.         Nyeri intermiten/ menetap
3.         Warna darah kehitaman dan cair
4.         Bila ostium terbuka terjadi perdarahan dengan warna merah segar
5.         Nyeri tekan uterus
6.         Gawat janin
7.         Persalinan prematur
8.         Kontraksi berfrekuensi tinggi
9.         Kematian janin (saifuddin, 2007)

E.      Patofisiologi
         terjadinya sulosio plasenta dipicu oleh perdarahan di dalam desidua basalis yang kemudian terbelah dan meninggalkan lapisan tipis yang melekat pada miometrium sehingga terbentuk hematoma desidua yang menyebabkan : pelepasan, kompresi, dan akhirnya penghancuran plasenta yang berdekatan dengan bagian tersebut.Ruptur pembuluh arteri spiralis desidua menyebabkan hematoma retroplasenta yang akan memutuskan lebih banyak pembuluh darah, sehingga pelepasan plasenta makin luas dan mencapai tepi plasenta.karena uterus tetap berdestensi dengan adanya janin. Uterus tidak mampu berkontaraksi optimal untuk menekan pembulu drah tersebut.Selanjutnya darah yang mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban

F.      Penatalaksanaan
         Harus dilakukan dirumah sakit dengan fasilitas operasi sebelum dirujuk,anjurkan pasien tirah baring total dengan menghadap kekiri, tidak melakukan senggama, menghindari peningkatan  tekanan rongga perut. (misalnya : batuk mengedan, karna sulit BAB)
Terapi ( Kolaborasi dengan Dokter Obgyn )
1.     Terapi Konservatif (ekspektatif)
a.      Resusitasi cairan:memperbaiki hipovolemi atau mengatasi syok dan anemia
b.      Darah (harus diberikan darah secepatnya untuk menghindari syok dan Anemia.
c.      Cairan : berikan cairan Nacl, RL
d.      Obat antihipertensi yg membantu pembuluh darah tetap terbuka, obat – obatan kortikosteroid              (untuk antiinflamasi, mencegah retensi Na dan mempertahankan ketahanan kapiler)
2.         Terapi Aktif
Prinsipnya melakukan tindakan agar anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif obstetrik. Langkah-langkahnya :
a.       Amniotomi dan pemberian oksitosin kemudian diawasi serta pimpin partus spontan.
b.      Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap dan kepala sudah turun sampai Hodge III – IV , maka bila janin hidup, lakukan ekstraksi vakum atau forsep, tetapi bila janin meninggal, lakukanlah embriotomi.
c.       Seksio sesarea biasanya dilakukan pada:
1)      Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil
2)      Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil
3)      Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang
d.      Histerektomi dapat dipertimbangkan bila terjadi afibrinogemia dan kalau persediaan darah atau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup.

G.     Komplikasi
Tergantung luas plasenta yang terlepas dan lamanya sulosio plasenta berlangsung komplikasi pada ibu ialah :
1.         Perdarahan
2.         Oliguria
3.         Gagal ginjal
4.         Gawat janin
5.         Apopleksia uteroplasenta(uterus couvelaire)
Bila janin dapat diselamatkan dapat terjadi komplikasi :
1.         Asfiksia
2.         BBLR

H.     Asuhan Kebidanan Pada Solusio Plasenta
1.      Anamnesis
a.          Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa
b.         melokalisir tempat mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.
c.          Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat, yang terdiri dari darah segar dan bekuan darah.
d.         Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti atau tidak bergerak lagi.
e.          Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunangkunang, ibu keliatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
2.      Inspeksi
a.          Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b.         Pucat, sianosis, keringat dingin.
c.          Kelihat darah keluar pervaginam.


3.      Palpasi
a.          Fundus uteri tambah naik karena terbentuknya hematoma retroplasenta, uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
b.         Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus inbois baik waktu his maupun diluar his.
c.          Nyeri tekan terutama ditempat plasenta tadi terlepas.
d.         Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4.      Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140 dpm, kemudian turun dibawah 100 dpm dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.

5.      Pemeriksaan Dalam
a.          Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b.         Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar his.
c.          Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya,
d.         plasenta ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta,
ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.

6.      Pemeriksaan Umum
a.          Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.
b.         Nadi, cepat, kecil.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, SpOG, 2004 “ Ilmu kebidanan penyakit
                        Kandungan dan KB untuk pendidikan bidan”

Prof. Rustam Mochtar, 2004. MPH,Sinopsis Obstetri Jilid I.

Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,2005 “Ilmu Kebidanan” Yayasan Bina
                        Pustaka. Jakarta.

Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal, Penerbit Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi bekerjasama dengan JH. PIEGO (MNH) dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2004.

FK UNPAD. 2004. Obstetri fisiologi, Bandung : eleman

Mochtar, Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2004. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.

Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,2007 “Pelayanan Kesehatan Maternal dan
                        Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.