A. LATAR BELAKANG
Menopause merupakan masa
berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara
48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan
dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik
dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam
menghadapi hal normal sebagaimana yang dijalani oleh semua perempuan (Baziad,
2003).
Berat-ringannya perempuan
dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh kedewasaan berpikir, faktor sosial
ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause dan kematangan mental. Bila seorang
perempuan tidak siap mental menghadapi periode klimakterik atau fase menjelang
menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif akan
berakibat tidak baik (Irawati, 2007).
Akibatnya perempuan itu akan
menjadi kurang percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, merasa
stress, dan khawatir berkepanjangan tentang perubahan fisiknya. Para perempuan
usia lanjut tersebut juga rentan terhadap penyakit degeneratif misalnya
osteoporosis, penyakit jantung koroner, kanker, darah tinggi (Kasdu, 2004).
Jika kondisi ini tidak bisa
diatasi akan berkembang menjadi stress yang berdampak buruk pada kehidupan
sosial perempuan yang akan merangsang otak sehingga dapat mengganggu keseimbangan
hormon dan akhirnya berakibat buruk pada kesehatan tubuh (Kasdu, 2004).
Perilaku perempuan premenopause dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Diantaranya yaitu pendidikan, sosial ekonomi, dan pekerjaan. Perempuan yang
banyak mengalami kekhawatiran berasal dari orang-orang yang berpendidikan
tinggi dan perekonomian menengah ke atas. Sindrom menopause dialami oleh banyak
perempuan hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% perempuan Eropa, 60% di
Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia.
Perempuan yang bekerja pun umumnya lebih siap menghadapi masa premenopause
daripada yang tidak bekerja. Mungkin hal ini disebabkan mereka yang bekerja
terbiasa menghadapi stress. Dengan demikian masa premenopause bagi mereka sama
saja menghadapi stress yang memang sering mereka atasi dalam masalah-masalah
pekerjaan. Hasil survey menunjukkan bahwa perempuan premenopause tidak bisa
menerima premenopause dengan ciri-ciri sulit tidur, gelisah tanpa alasan,
sering tersinggung dan tak mudah mengendalikan emosi. Beberapa dampak
premenopause yang sering terjadi di masyarakat adalah kecemasan, takut, lekas
marah, ingatannya menurun, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna,
mudah tersinggung, stress bahkan depresi. A. LATAR BELAKANG
Menopause merupakan masa
berhentinya menstruasi yang terjadi pada perempuan dengan rentang usia antara
48 sampai 55 tahun. Masa ini sangat kompleks bagi perempuan karena berkaitan
dengan keadaan fisik dan kejiwaannya. Selain perempuan mengalami stress fisik
dapat juga mengalami stress psikologi yang mempengaruhi keadaan emosi dalam
menghadapi hal normal sebagaimana yang dijalani oleh semua perempuan (Baziad,
2003).
Berat-ringannya perempuan
dalam menghadapi menopause dipengaruhi oleh kedewasaan berpikir, faktor sosial
ekonomi, budaya, wawasan mengenai menopause dan kematangan mental. Bila seorang
perempuan tidak siap mental menghadapi periode klimakterik atau fase menjelang
menopause dan lingkungan psikososial tidak memberikan dukungan positif akan
berakibat tidak baik (Irawati, 2007).
Akibatnya perempuan itu akan
menjadi kurang percaya diri, merasa tidak diperhatikan, tidak dihargai, merasa
stress, dan khawatir berkepanjangan tentang perubahan fisiknya. Para perempuan
usia lanjut tersebut juga rentan terhadap penyakit degeneratif misalnya
osteoporosis, penyakit jantung koroner, kanker, darah tinggi (Kasdu, 2004).
Jika kondisi ini tidak bisa
diatasi akan berkembang menjadi stress yang berdampak buruk pada kehidupan
sosial perempuan yang akan merangsang otak sehingga dapat mengganggu keseimbangan
hormon dan akhirnya berakibat buruk pada kesehatan tubuh (Kasdu, 2004).
Perilaku perempuan premenopause dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
Diantaranya yaitu pendidikan, sosial ekonomi, dan pekerjaan. Perempuan yang
banyak mengalami kekhawatiran berasal dari orang-orang yang berpendidikan
tinggi dan perekonomian menengah ke atas. Sindrom menopause dialami oleh banyak
perempuan hampir di seluruh dunia, sekitar 70-80% perempuan Eropa, 60% di
Amerika, 57% di Malaysia, 18% di Cina dan 10% di Jepang dan Indonesia.
Perempuan yang bekerja pun umumnya lebih siap menghadapi masa premenopause
daripada yang tidak bekerja. Mungkin hal ini disebabkan mereka yang bekerja
terbiasa menghadapi stress. Dengan demikian masa premenopause bagi mereka sama
saja menghadapi stress yang memang sering mereka atasi dalam masalah-masalah
pekerjaan. Hasil survey menunjukkan bahwa perempuan premenopause tidak bisa
menerima premenopause dengan ciri-ciri sulit tidur, gelisah tanpa alasan,
sering tersinggung dan tak mudah mengendalikan emosi. Beberapa dampak
premenopause yang sering terjadi di masyarakat adalah kecemasan, takut, lekas
marah, ingatannya menurun, sulit konsentrasi, gugup, merasa tidak berguna,
mudah tersinggung, stress bahkan depresi.
dari latar belakang di atas jika anda ingin mengetahui ebih lanjut tentang makalah tersebut, silahkan download fie wordnya disini : Download